Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena
Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala
sumber hukum, dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh
Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai
prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus
diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena dia
adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan
hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal
Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau
materi lainnya, karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh
hafalan Al Quran. “()
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 )
Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al
Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin
menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja.
Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa
malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan
tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau
hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
2. Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan
Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al
Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan
kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra,
yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah
beliau langsung mengerjakan sholat. “()
Adapun riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat
hajat adalah riwayat lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa
dijadikan sandaran. ()
Begitu juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang
menjelaskan bahwa Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus
untuk meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama
membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al Fatihah dan
Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan Sajdah, dan rekaat
keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu adalah hadist maudhu’ dan
tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadist tersebut
adalah hadits dhoif . ()
3. Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al
Qur’an. ()
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi
seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing.
Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف
النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“ Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa
menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan
malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
4. Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk
menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk
menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai
dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang
sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman
sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa
menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat
yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru
menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan
cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum
pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari
ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang
telah diterangkan pada metode pertama . ()
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an
menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
Surat Yunus sampai Surat An Nahl
Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf
sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
5. Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan
Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal,
diantaranya :
a. Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan
dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di
bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b. Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam
ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 )
—- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا
تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا
يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ (
فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا
وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها
6. Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik,
hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang
tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri
sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah
menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus
terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut
bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang
mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
7. Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan
tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an
murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar
mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan
serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini - alhamdulillah -
banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran
Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di
televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang
dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun
bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara
tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al
Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak
membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
8. Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya
kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai
kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut
dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.
Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya
sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal
sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali.
Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang
hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut
memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang
sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya.
Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku
tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin
mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai
mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi
Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut
menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek
tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya
Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. () Cerita ini
menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau
sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana
nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an
dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit,
akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
9. Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan
adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita
menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya
dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam
buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa
teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang
diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di
atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa
menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
10. Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan
dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan
baik dan benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as,
dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
11. Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al
Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang
lainnya. () Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita
melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan
kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga-
, maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()
Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan
mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah :
Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini
terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan
ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para
pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para
jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf
seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal
Al Qur’an.
Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai
oleh sebagain orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang
Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok
pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
12. Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk
menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam
suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya
Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و
أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang
mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya
amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta
gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam,
artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an.
Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari,
bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan
tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat
Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan
seterusnya.
13. Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat
untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan
sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan
waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi
inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar
sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin
selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan
menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan
menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat,
kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu
selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.
14. Langkah Keempatbelas : Salah satu faktor yang mendukung
hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya
seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ),
hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz
lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat
Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di
bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang
sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ
لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ
اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق )
آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara
lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al
Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al
Kirmany.
Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al
Qalamuni
15. Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan
sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al
Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya
yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan,
dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga
Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya
tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia
merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat
banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia
mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “,
akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah
nihil.
Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena
banyak orang bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan
tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar
tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang
benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena,
untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang
tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya.
Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih
yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah
sebagai berikut :
Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang
muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya
dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya
setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum
sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila
dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum
adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah
sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat
shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu
mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat
seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya
sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa
menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama
sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat
malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap
harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari
sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh
hari sekali.
Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja,
yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat
tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz
yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia
bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam
dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan
ruku.
Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan
cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut
berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya
kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan
Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika
masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
Ingat, amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang
tidak berlebihan jumlahnya namun dilakukan secara terus-menerus.
Untuk Para Pemula, Silahkan mencoba dan Istiqomah !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar