Hanya selama dua hari, namun berteman alam dan hikmah. Outbond Figure yang
diadakan oleh Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Darussalam Gontor
ini diadakan di area Outbond Pacet, Mojokerto. Berjumlahkan peserta sekitar
60-an mahasiswa dari semester 1, 3 dan 5 ditambah dengan panitia 15 orang yang
sudah selesai S1 dan semester 7. Area Outbond yang diadakan di lereng Gunung
Arjuna ini sangat alami, bersahabat dan identik dengan alam Indonesia yang
masih natural. Pohon pinus pun menjulang tinggi seperti kokoh menahan tanah
yang ada di lereng tersebut menambah suasana teduh dan dingin di sekitar area
perkemahan.
Berangkat dari bumi Darul
Ma’rifat di Kediri pada hari Jum’at pukul 05.30 WIB menuju ke bumi perkemahan
Pacet memakan waktu kurang lebih 4 jam.
Sesampainya di sana, kami dikumpulkan oleh panitia untuk apel dilanjutkan dengan
sarapan pagi ala santri dan pembagian kelompok menjadi 7 regu. Iyel-iyel dan
kerjasama kelompok, itulah yang diinstruksikan panitia ketika pertama kali
sehingga membuat suasana semakin riuh dan ramai saat masing-masing regu
menunjukkan unjuk giginya diantara mereka.
Dimulai dengan acara pemanasan yaitu Joget Asyik dimana setiap peserta
disuruh untuk membuat lingkaran dan berjoget ria lalu membentuk kode barisan
ketika musik berhenti, sangat mengesankan sampai tak tersadar bahwa waktu
menunjukkan pukul 11 siang persiapan sholat Jumat. Dengan dipimpin oleh Al
Ustadz Amir Mahmud dan khatib oleh Al Ustadz Ulil, sholat jumat kali ini sangat
unik, yaitu di alam terbuka dengan naungan teduh pohon-pohon pinus.
Setelah sholat jumat, apel pun segera diadakan kembali untuk melanjutkan
acara. Diawali dengan menyorakkan iyel-iyel dari masing-masing regu, lalu makan
siang berlanjut ke acara inti yaitu Widegame. Dari 7 regu, masing-masing
disebar ke 6 permainan non-stop yang dimulai dengan game Menara Sandal dan
Sepatu, yang paling tinggi pun melanjutkan ke permainan berikutnya yaitu Loncat
Bersambung. Widegame selanjutnya terbilang sangat unik, dinamai Jembatan
Suramadu, dengan kita menyambungkan kayu yang disangga dengan pipa dan
berestafet sampai garish finish.
Bagi yang lolos maka melanjutkan ke babak berikut yaitu melepaskan Tali
Kaki dan Tangan, yang saya rasa paling rumit diantara game yang lain. Permainan
selanjutnya adalah yang sangat identik dengan outbond yang tidak lain adalah
Flying Fox dan Jembatan Goyang, tidak semuanya berani mencoba karena ini
membutuhkan adrenalin yang lumayan tinggi. Badan bermandikan keringat, namun
semangat mereka seperti anak kecil yang tiada habisnya, menuju ke game yang
terakhir yaitu Water to Water, game apakah ini? Ini adalah lomba mengisi ember
dengan air yang disalurkan dari peserta ke peserta. Uniknya, cara
menyerahkannya adalah dengan disungging diatas kepala menggunakan gelas
plastik. Apa serunya? Adalah eksekusi berlaku bagi mereka yang kalah dengan
mereka yang menang.
Matahari pun sudah beranjak ke peraduannya, hawa dingin hembusan angin
gunung pun mulai menusuk ke pori-pori, para peserta segera menghilangkan lelah
dengan mandi dan shalat Ashar berjamaah. Dingin, sejuk dan segarnya air Pacet
disini adalah yang menjadi daya tarik tersendiri, alami dan natural dari mata
air lereng gunung Arjuna. Langit mulai memudar merah, adzan berkumandang sayu
terdengar dan shalat maghrib segera dilaksanakan berjamaah, sekali lagi di alam
terbuka dilanjutkan dengan shalat Isya’. Setelah makan malam, acara seperti
tiada habisnya, yaitu Api Unggun, Bakar Jagung Together dan Wisata Pemandian
Air Panas Alam khas Pacet. Peserta menyebar, ada yang tinggal di buper
menikmati malam dengan membakar jagung dan banyak pula yang ke pemandian air panas.
Ternyata, walaupun sudah jam 9 malam, lokasi wisata disini masih sangat ramai,
entah karena bertepatan dengan 1 Muharram yang identik dengan acara padusan namun
kami tetap niatkan hanya sekedar berwisata. Rangkaian acara pada hari pertama
berjalan sukses, dan kami pulang bersama ke buper untuk istirahat melepaskan
capek berteman taburan bintang dan julangan pohon pinus yang tinggi.
Dini hari pukul empat, panitia membangunkan kami untuk shalat shubuh dan
bersiap-siap untuk parade jalanan menuju Air Terjun Pacet pada pagi harinya.
Sebelum parade jalanan, kami bersenam ria bersenam dan dipimpin oleh Mas Ali
dengan gerakan tubuhnya yang lincah dan tidak bergenre, membuat setiap peserta
semakin tertawa dan bersemangat. Dilanjutkan menuju ke air terjun, selama
perjalanan kami bernyanyi dan berparade sehingga membuat penduduk sekitar pacet
keheranan bercampur tawa, “inilah ciri khas kami!” kataku dalam hati.
Sesampainya di air terjun pacet, selfie-an, grovie-an sampai foto bersama kami
lakukan karena ini adalah momen yang tidak akan terlupakan. Bahkan ada yang
nekat basah-basahan.
Pukul delapan, kembali menuju ke buper, lalu sarapan pagi sampai pukul
sepuluh pagi. Acara selanjutnya adalah persiapan lomba menghidupkan petasan,
dan inilah puncak acara di pacet. Permainan ini menggabungkan setiap dari 2
kelompok menjadi satu, dalam lintasan yang berbelok-belok satu orang dipilih
untuk memegang lilin untuk menghidupkan petasan dengan dilindungi oleh beberapa
temannya. Sedangkan diluar lintasan, sudah siap serdadu dari musuh dari
berbagai kelompok untuk melempari dengan plastik yang diisi oleh air, sangat
seru dan menantang karena pada akhirnya bukanlah hasil yang dinilai namun
kerjasama kelompoklah yang menentukan menang tidaknya regu tersebut.
Setelah acara tersebut, truk dan bus sudah menunggu untuk menuju objek
selanjutnya, yaitu Obech Rafting. Tempat objek khusus arung jeram ini sangat
masih alami, sungainya bernama Sungai Kromo dan terkenal dengan jeramnya yang
banyak dan tinggi. Berbahayakah? Tidak, karena disini sudah terdapat para
instruktur profesional yang berpengalaman. Untuk menelusuri sepanjang sungai
membutuhkan waktu sampai 2 jam dengan istirahat satu kali, dan rasa pegal dan
capek baru terasa setelah rafting ini. Namun satu hal yang saya dapat, sangat puas!
Senang, dahaga, tertawa dan peluhan keringat diantara peserta pun bercampur
jadi satu. Tidak hanya bersenang-senang, namun kami terdidik disini untuk
memaknai setiap filosoi permainan dalam penerapan ke kehidupan sehari-hari.
Acara yang dikoordinir oleh kakak-kakak yang memang juga alumni gontor ini
berjalan lancar dan sukses tanpa ada hambatan yang berarti. Pengalaman adalah
ajaran bagaimana kita hidup, namun diri sendirilah yang menjadi guru dalam
kehidupan. Kegiatan dan inovasi bermanfaat yang dilaksanakan oleh Dewan
Mahasiswa dan MAPALA seperti ini semoga
dapat diadakan rutin setiap tahunnya. Amin.
Salam dari penulis . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar